SUKABUMI, HALOSMI.COM – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Sukabumi bakal optimalkan kembali Balai Latihan Kerja (BLK) yang sebelumnya tidak berjalan dengan optimal. Hal itu dilakukan, karena jumlah pekerja tamatan SD berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi lebih banyak dibandingkan dengan lulusan lainnya.
Berdasarkan data BPS, jumlah pekerja yang berpendidikan SD pada Agustus 2022 tercatat ada 35,84 ribu atau 24,63 persen dari jumlah pekerja 145 ribu orang. Dari data tersebut, pekerja dengan tamatan pendidikan Diploma I sampai III pada Agustus 2022 tercatat hanya 5,8 ribu atau 3,99 persen dari total pekerja di Kota Sukabumi 128 ribu orang. Kemudian untuk pekerja tamatan Sarjana (Diploma IV, S1 sampai S3) tercatat 20,88 ribu atau 14,35 persen dari total pekerja sebanyak 145 ribu orang.
“Jumlah pekerja tamatan SD berdasarkan data BPS itu, nanti kita akan kaji ulang dan evaluasi,” ujar Kadisnaker Kota Sukabumi, Abdul Rachman, kepada HALOSMI.COM, saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan, Minggu 15 Januari 2023.
Dengan kembali dioptimalkannya BLK, kata Abdul, pihaknya akan mempersiapkan calon-calon tenaga kerja untuk bisa siap kerja sesuai dengan skill yang dimilikinya. Selain itu, pihaknya juga akan membuat satu sistem aplikasi, yang nantinya bisa melihat gambaran mengenai komposisi ketenaga kerjaan. Sehingga nantinya bisa terlihat mana yang lebih banyak, apakah SD, SMP, atau SMA.
“Selain dioptimalkannya BLK, kita juga akan membuat aplikasi yang akan melihat gambaran terkait komposisi tenaga kerja,” ucapnya.
Disinggung mengenai upah pekerja di Kota Sukabumi, lanjut Abdul, hal itu sudah sesuai dengan hasil perhitungan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Kemungkinan, sebut Abdul, perusahaan membutuhkan tenaga kerja non skill, seperti tenaga kerja yang tamatan SD, sehingga tidak mengutamakan skill. Maka dari itu, pihaknya akan melakukan evaluasi supaya ada peningkatan skill bagi para pencaker di Kota Sukabumi.
“Saat pandemi perusahaan memang banyak melakukan PHK. Tapi disisi lain tenaga kerja yang memiliki skill membutuhkan upah yang tinggi dibanding non skill. Mungkin itu salah satu penyebab perusahaan yang menerima pekerja non skill karena upahnya yang rendah,” bebernya.
Sementara untuk penyerapan tenaga kerja, Abdul mengaku bahwa di Kota Sukabumi itu sangat minim. Pasalnya, jumlah perusahaan yang ada itu tidak sesuai dengan kalkulasi jumlah penduduk. Maka dari itu, masyarakat Kota Sukabumi lebih banyak bekerja ke Kabupaten Sukabumi karena memiliki banyak perusahaan.
“Perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja di kota itu sedikit. Kebanyakan itu ke kabupaten. Makanya ini adalah tantangan, bagaimana kita menyiapkan tenaga kerja di Kota Sukabumi yang siap kerja dan memiliki skill sesuai yang dibutuhkan perusahaan,” pungkasnya. (*)