“bjb

Kuatkan Peran Partisipasi Pentahelik, BPBD Gelar Seminar Sesar Cimandiri

SUKABUMI, HALOSMI.COM – Kota Sukabumi merupakan wilayah di Indonesia yang termasuk ke dalam kategori rawan bahaya bencana gempa bumi. Hal ini disebabkan oleh dua zona penyebab gempa bumi yaitu tumbukan dari lempeng Indo-Australia dan Eurasia di bagian selatan Jawa yang mengakibatkan timbulnya sesar aktif Cimandiri. Sesar Cimandiri juga dianggap sebagai sumber utama gempa bumi yang terjadi di Kota Sukabumi.

Maka agar Kota Sukabumi siap menghadapi setiap ancaman bencana prioritas, terutama gempa bumi akibat pergerakan sesar Cimandiri, BPBD Kota Sukabumi menghelat secara hibrid seminar kebencanaan dan sekaligus penandatanganan perjanjian kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi, yang dilaksanakan di salah satu hotel di Sukabumi pada Selasa 31 Januari 2023 kemarin. Setelah itu, dilanjutkan juga kegiatan pembubuhan bersama lembar komitmen ketangguhan bencana yang diikuti oleh para pemangku kepentingan, diantaranya unsur pentahelix yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.

Baca juga: Viral Penculikan Anak, Kapolres Minta Masyarakat Agar Bijak Bermedsos

“Jadi seminar kegiatan ini dilakukan agar Kota Sukabumi siap menghadapi setiap ancaman bencana, terutama gempa bumi,” ujar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami, kepada HALOSMI.COM, saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan, Rabu 1 Februari 2023.

Ketangguhan yang menjadi konsen Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi itu sendiri merupakan kemampuan suatu sistem, komunitas, atau masyarakat terkena bahaya bencana untuk melawan, menyerap, menampung, dan memulihkan diri dari efek bahaya bencana pada waktu yang tepat dan dengan efisien, termasuk melalui perlindungan dan restorasi struktur dasar yang penting.

Baca juga: BPBD Kota Sukabumi Waspadai Kondisi Cuaca yang saat ini Sering Berubah-ubah

“Satu upaya penanggulangan bencana berbasis masyarakat itu adalah penguatan pentahelik. Tugas kita adalah meningkatkan peran masyarakat dalam mengurangi risiko bencana yang ada, mulai dari fase prabencana, saat, dan, pascabencana, karenanya program pentahelik harus didorong,” ungkapnya.

Usai perjanjian kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi, kegiatan berlanjut ke seminar bertemakan penguatan pentahelik dari ancaman Sesar Cimandiri. Narasumber yang didatangkan dari Kota Sukabumi, yakni BPBD, Forum Pengurangan Risiko Bencana Kota Sukabumi, dengan moderator Asep Japarudin. Sedangkan narasumber yang didatangkan dari luar Kota Sukabumi yakni dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Stasiun Geofisika Bandung.

Pembicara dari PVMBG, Supartoyo, menegaskan, wilayah Sukabumi rawan gempa bumi dan tsunami dengan sumber gempa bumi Zona Penunjaman, sesar Cimandiri, sesar Walat, sesar Citarik. Sumber pembangkit tsunami adalah zona penunjaman. Penyelidik Bumi Madya jebolan ITB ini menerangkan, Sesar Cimandiri memiliki tiga segmen yaitu Cibuntu dengan panjang 17,2 km M max 6,5 Mw, segmen Padabeunghar dengan panjang 12,78 km M max 6,4 Mw dan segmen Baros dengan panjang 16,36 M max 6,5 Mw. Potensi bahaya gempa bumi pada masing-masing segmen berupa bahaya guncangan, bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan.

“Skenario dengan nilai M max pada segmen Cibuntu, Padabeunghar dan Baros, akan berpotensi menghasilkan guncangan gempa bumi hingga skala VIII MMI pada

daerah sekitar segmentasi Sesar Cimandiri,” jelasnya.

Lebih lanjut, terjadinya sesar permukaan dengan offset berkisar 0,8 m hingga 0,9 m, hingga mengakibatkan bahaya ikutan berupa gerakan tanah, retakan tanah, penurunan tanah, dan likuefaksi. Berdasarkan peta likuefaksi dari BG, daerah lembah Cimandiri bagian barat tergolong zona kerentanan likuefaksi sedang.

Sementara itu, Riw Sulsaladin, dari Pusat Stasiun Geofisika Bandung, menyimpulkan, Gempa bumi tidak dapat diprediksi kejadiaannya, namun bisa meminimalisir dampaknya dengan langkah mitigasi yang tepat dan salah satunya dengan pemodelan seperti shake map skenario dan peta bahaya tsunami.

“Estimasi skala maksimum di daerah Sukabumi, sesar darat Cimandiri segmen Nyalindung-Cibeber dan segmen Rajamandala dengan skala III-VII MMI. Karenanya ia memberikan rekomendasi untuk jangka pendek, menengah hingga jangka panjang,” ucapnya.

Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) pertama Bandung ini merekomendasikan mitigasi yang sesuai dari jangka pendek hingga jangka panjang. Untuk jangka pendek atau satu tahun, lanjut Riw, menyarankan agar pentahelik aktif melakukan sosialisasi edukasi kepada masyarakat, penyiapan peta, rambu dan jalur evakuasi, penguatan kapasitas BPBD untuk siaga bencana, koordinasi antar lembaga, dan penyusunan rencana kedaruratan, SOP pelatihan hingga gladi evakuasi.

“Sedang jangka menengah agar dilakukan penyempurnaan tata ruang dengan peta multi bahaya, pengecekan tata bangunan strategis dan vital yang tahan terhadap gempa dengan magnitudo maximum sesuai skenario gempa darat dan subduksi,

dan terakhir adalah jangka panjang yaitu ‘Monitoring dan evaluasi mitigasi multi bahaya penyempurnaan tata ruang dan kebijakan daerah terhadap mitigasi multi bahaya’,” pungkasnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *