Menjadi Generasi Sandwich: Hidupi Keluarga, Itulah yang Dialami Gen Z

HALOSMI.COM- Generasi Sandwich yaitu menghidupi keluarga atau atau menjadi tulang punggung keluarga dirumah yang sudah tidak asing di dengar di kalangan Gen Z.

Jumlah lansia diperkirakan akan meningkat drastis ke depan. Hal ini memicu generasi penerusnya berperan sebagai tulang punggung keluarga, yang kemudian disebut sebagai generasi sandwich.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2019 ada sekitar 27,88% rumah tangga di Indonesia adalah rumah tangga lansia, angka ini naik menjadi 33,16% pada 2023.

Artinya, ada sekitar 3 dari 10 rumah tangga di RI, terdapat lansia sebagai anggota rumah tangga.

Banyaknya warga lansia menjadi perhatian karena bisa memicu bola salju persoalan generasi sandwich.

Banyak Generasi Sandwich di Indonesia

Sandwich, di bayangan kita merupakan dua roti lapis yang menghimpit sayuran dan daging. Hal ini menjadi perumpamaan bagi generasi pemuda pemudi jaman sekarang yang punya dua tanggungan dua generasi.

Generasi sandwich ini mengalami tuntutan tidak hanya dalam merawat dan mengurus rumah tangga tetapi juga membiayai kebutuhan hidup orang tua lansia (generasi tua) serta tanggungan untuk membiayai kebutuhan anak-anak atau adik (generasi muda) mereka seperti biaya sekolah dan lainnya.

Banyak dari masyarakat Indonesia terutama kelompok usia produktif harus rela menjadi generasi sandwich lantaran orang tua yang berusia senja, sudah tidak mampu lagi mencari nafkah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Alhasil, orang tua jadi mengandalkan transferan dari anaknya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, 71 juta penduduk Indonesia merupakan generasi sandwich, ini mewakili lebih dari seperempat.

Sebanyak 8,4 juta sandwich gen diantaranya tinggal bersama anggota keluarga di luar keluarga inti yang mereka biayai atau disebut juga extended family.

Berdasarkan sebaran-nya, gen Y atau generasi yang berusia 24 – 39 tahun pada 2020 lalu paling banyak menjadi generasi sandwich.

Gen Z Masuk Jadi Generasi Sandwich, Sampai Terjerat Pinjol

BPS memproyeksikan, pada 2025 mendatang akan ada 67,90 juta orang yang masuk dalam kelompok usia produktif (15 – 64 tahun).

Angka yang setara dengan 23,83% dari total penduduk itu nantinya bakal “bertanggung jawab” untuk memberi penghidupan yang layak bagi kelompok usia non produktif (0 – 14 tahun dan di atas 65 tahun).

Hal tersebut berarti, banyak gen Z saat ini yang sudah memasuki usia produktif bakal ikut masuk menjadi generasi sandwich.

Gen Z yang menanggung kehidupan dua generasi ini juga potensi meningkat tiap tahun mengikuti jumlah lansia yang meningkat tiap tahun-nya.

Data BPS menunjukkan pada 2019 ada sekitar 27,88% rumah tangga di Indonesia adalah rumah tangga lansia, angka ini naik menjadi 33,16% pada 2023. Artinya, ada sekitar 3 dari 10 rumah tangga di RI, terdapat lansia sebagai anggota rumah tangga.

Sayangnya khusus untuk gen Z yang sebagian besar baru memasuki dunia kerja atau baru beberapa tahun membangun karir, tentu belum memiliki kesehatan finansial yang baik.

Alhasil, banyak diantaranya memanfaatkan utang untuk menopang biaya hidup. Salah satu cara yang paling mudah adalah mengandalkan pinjaman online (pinjol).

Berdasarkan data OJK, hingga Maret 2024 ada 9,18 juta rekening pinjol dari kelompok usia 19 – 34 tahun, dengan nilai pinjaman mencapai Rp28,80 triliun. Nilai pinjaman tersebut naik nyaris Rp2 triliun hanya dalam setahun.

Mirisnya, sekarang ini banyak anak di bawah 19 tahun juga ikut terjerat pinjol. Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Maret 2024, rekening pinjaman online di Fintech di kelompok usia ini sudah mencapai lebih dari 90.000. Naik 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari data di atas terlihat jumlah rekening pinjol orang berusia di bawah 19 tahun sempat mencapai puncak tertinggi pada September 2023, mencapai 178 ribu rekening. Hal ini juga sejalan dengan total pinjaman yang mencetak nilai terbesar Rp283,89 miliar.

Pada periode terbaru Maret 2024, nilai pinjaman untuk usia di bawah 19 tahun ini mencapai Rp211,43 miliar, dalam setahun nilainya sudah naik nyaris 60% dari Rp132.25 miliar.

Waduh miris sekali ya generasi sekarang, menurut kalian gimana? Atau mungkin kalian termasuk salah satunya?

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *