Perlu Tahu! Verbal Abuse dan Dampak Panjang bagi Kesehatan Mental

HALOSMI.COM- Didalam Kehidupan Sehari-hari kita sering kali menyadari betapa besar dampak dari kata-kata yang keluar dari mulut kita.

Bahkan kata-kata yang terdengar sepele ternyata dapat menyakiti hati dan batin seseorang loh.

Nah, ini termasuk verbal abuse, yang seringkali terabaikan, memiliki kekuatan merusak hubungan, memengaruhi kesehatan mental, dan menciptakan luka mendalam.

Tidak heran kalau ‘ngegas’ dengan kata-kata, bisa merusak hubungan yang telah kita bangun susah payah.

Nah, kira-kira kenapa ya verbal abuse itu memiliki dampak yang begitu besar dan tidak baik?

Yuk, kita cari tahu apa saja bentuk-bentuk verbal abuse dan mengapa penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara.

Verbal abuse (kekerasan verbal) adalah setiap ucapan yang ditujukan kepada seseorang yang mungkin dianggap merendahkan, tidak sopan, menghina, mengintimidasi, rasis, seksis, homofobia, ageis, atau menghujat.

Membuat pernyataan sarkastik, menggunakan nada suara yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak diinginkan juga termasuk dalam bentuk dari verbal abuse.

Verbal abuse dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak terbatas pada kelompok atau karakteristik tertentu.

Perbuatan ini bisa dilakukan oleh pasangan, anggota keluarga, teman, rekan kerja, atau siapapun yang terlibat dalam hubungan interpersonal.

Biasanya kekerasan verbal erat kaitannya dengan kekerasan psikologis. Akibat diejek terus menerus, psikologis seseorang bisa jadi terganggu yang kemudian memiliki dampak lebih buruk daripada kekerasan fisik karena dilakukannya perlahan dan tidak terbentuk.

Pola perilaku verbal abuse Ellis, A., & Joffe Ellis, D. (2019) dalam bukunya yang berjudul Rational Emotive Behavior Therapy mengemukakan empat perilaku dari verbal abuse,

yaitu: Pertama, Generalisasi Negatif. Menggunakan kata-kata negatif, tanpa dasar atau argumen yang kuat untuk menyatakan suatu pandangan.

Generalisasi ini dapat memperburuk konflik dan merugikan hubungan dengan menciptakan gambaran yang terlalu menyederhanakan perilaku orang lain.

Contohnya, menyatakan bahwa seseorang selalu membuat kesalahan tanpa mempertimbangkan keadaan spesifik.

Kedua, Mengkritik dan Menyalahkan. Menyalahkan orang lain tanpa mempertimbangkan perspektif atau kontribusi mereka, hal ini dapat menciptakan atmosfer yang defensif sehingga dapat merusak hubungan interpersonal.

Contohnya, menyalahkan seseorang sepenuhnya atas suatu masalah tanpa mementingkan faktor maupun variabel lain yang memengaruhi situasi.

Ketiga, Demandingness (menuntut). Menempatkan tuntutan atau ekspektasi yang tidak realistis kepada orang lain. Hal tersebut menciptakan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan.

Keempat, Labelling (memberi label). Menggunakan istilah merendahkan untuk menggambarkan seseorang yang dapat merusak citra dan harga diri seseorang.

Dampak verbal abuse pada anak Kekerasan verbal menjadi lebih buruk daripada kekerasan fisik karena merupakan bentuk kekerasan psikologis yang dapat menyerang emosional serta mental anak.

Kekerasan verbal merupakan tindakan secara lisan atau perilaku merugikan yang akan menimbulkan konsekuensi emosional pada korbannya.

Apabila seseorang menyaksikan ataupun menerima lontaran perkataan kasar secara terus-menerus, maka ada kemungkinan orang tersebut akan melakukan hal yang sama terhadap orang lain di kemudian hari.

Verbal abuse memiliki dampak besar terhadap perkembangan kepercayaan diri anak dan remaja.

Dampak yang ditimbulkan dari traumanya itu, ia tumbuh menjadi sosok pendiam dan kesulitan untuk beradaptasi di masa SMA.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *