Begini Tanggapan Dinkes Kota Sukabumi Terkait Kualitas Udara Tidak Sehat

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Reni Rosyida Muthmainnah. Foto: Istimewa.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Reni Rosyida Muthmainnah. Foto: Istimewa.

HALOSMI.COM – Saat ini Indonesia berada pada masa musim kemarau yang dimana kualitas udara sering menjadi masalah kesehatan. Terdapat peningkatan parameter polusi udara yang mempengaruhi kesehatan, salah satunya yang viral adalah PM 2.5.

PM 2.5 atau polutan matter 2.5 adalah polutan yang diameternya berukuran 2.5 mikrometer, atau lebih kecil daripada itu. PM 2.5 bisa bersumber dari berbagai sumber, diantaranya kegiatan industri, emisi kendaraan bermotor, aktifitas kontruksi atau bisa juga berasal dari sumber alami, contohnya debu.

PM 2.5 ini berukuran sangat kecil, dan sangat mungkin untuk terhirup oleh manusia dan mengendap di saluran nafas. Efek jangka panjang dari menghirup PM 2.5 secara terus menerus dapat menimbulkan efek kronis, seperti kerusakan saluran nafas, timbulnya penyakit-penyakit kardiovasikular atau kanker.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Reni Rosyida Muthmainnah, mengatakan beberapa sumber penelitian menyebut bahwa pada konsentrasi PM 2.5 yang tinggi dengan waktu paparan yang sebentar dapat meningkatkan terjadinya Inspeksi Saluran Nafas Akut (ISPA).

“PM 2.5 juga dapat membawa virus dan bakteri yang bisa menginfeksi saluran nafas secara akut. Risiko ISPA ini juga lebih tinggi terjadi pada kelompok-kelompok rentan, khususnya balita dan lansia,” ujar Reni, dalam keterangan tertulisnya yang diterima HALOSMI.COM, Selasa 29 Agustus 2023.

Ia menjelaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah melakukan pengujian terhadap kualitas udara di Kota Sukabumi, dan hasil pengujiannya masih dalam predikat sedang. Hal itu terjadi karena di Kota Sukabumi aktifitas industri sangat sedikit yang dapat menghasilkan polutan berbahaya ke udara, begitu juga dengan aktifitas kendaraan bermotor.

“Faktor musim kemarau yang panjang juga menjadikan kualitas udara di Kota Sukabumi berada pada predikat sedang,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, melihat kasus ISPA yang terjadi di Kota Sukabumi trennya tidak terjadi lonjakan kasus. Jumlah kasus tiap bulannya memang fluktuatif, tapi tidak ditemukan angka yang ekstrim. Untuk kasus ISPA di bulan Juli terdapat 4507 kasus (data program ISPA), sedangkan pada bulan Agustus per tanggal 27 Agustus kemarin, sudah terjadi 2585 kasus sesuai data (puskesmas), dan tidak ada kasus meninggal akibat ISPA.

“Risiko PM 2.5 di Kota Sukabumi pasti ada, begitu juga yang risiko ISPA, atau risiko yang memperparah ISPA. Jika dirasa memiliki riwayat-riwayat penyakit pernafasan, dapat menggunakan masker apabila sedang beraktifitas di luar ruagan. Jika sudah terasa gejala tenggorokan tidak enak, atau gejala-gejala flu bisa diatasi dengan minum multivitamin, banyak minum air putih dan istirahat yang cukup,” paparnya.

Ia menuturkan, perilaku hidup bersih dan sehat seperti tidak membakar sampah, mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas, menjaga kondisi tubuh dengan sering berolahraga, dan mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit saluran pernapasan.

“Jika sudah merasakan gejala-gejala terinfeksi bisa langsung berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Pemkot Sukabumi menyiapkan 15 puskesmas dan enam rumah sakit untuk melayani permasalahan kesehatan. Selain itu terdapat Petugas Homecare di 33 kelurahan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan, dan juga fasilitas Ambulan SIGAP on call 24 jam di nomor 08001000119,” pungkasnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News