BMKG Sebut Jawa Barat Jadi Salah Satu Daerah Target Modifikasi Cuaca di Periode Lebaran

Ilustrasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Foto: Istimewa.
Ilustrasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Foto: Istimewa.

HALOSMI.COM – Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) akan digelar Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) dkk, sengan tujuan untuk mencegah terjadinya banjir di daerah rawan cuaca ekstrem pada masa mudik lebaran 2024.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, TMC ini diterapkan di daerah yang dilindungi atau terdeteksi akan mengalami hujan sedang, diantaranya Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.

“Ini digunakan untuk panggilan dari daerah mana saja yang dibutuhkan. BMKG kemarin juga sudah mendeteksi wilayah yang berpotensi hujan sedang, salah satunya Jawa Barat,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, dikutip dari CNBC Indonesia, pada Senin, 10 April 2024.

TMC ini, kata dia, menjalankan mekanisme untuk mencegah awan hujan jatuh pada daerah yang rawan banjir. Dengan artian, awan konvektif sebelum menghasilkan hujan lebat jatuh di suatu daerah akan disemai terlebih dahulu sebelum sampai atau melewati wilayah yang dilindungi tersebut. Ia juga menegaskan TMC ini tak cuma diprioritaskan di Jawa.

“Tidak, terutama ini digunakan untuk panggilan dari daerah mana saja yang dibutuhkan. Jadi disiapkan apabila ada situasi tanggap darurat, maka teknologi akan dilakukan,” ungkapnya.

Alasan TMC

Sebelumnya, BMKG memprakirakan untuk pekan pertama sebelum lebaran, tepatnya pada 3-9 April 2024, hujan akan turun dengan intensitas sedang hingga lebat atau dapat berkisar 150-200 milimeter.

“Berdasarkan prediksi BMKG, kondisi sepekan sebelum lebaran tanggal 3-9 itu masih didominasi adanya hujan ringan hingga sedang. Nah hujan sedang ini bisa menimbulkan kondisi cuaca ekstrem. Kemudian tanggal 10-16 itu sudah mulai agak mereda saat pelaksanaan lebaran,” bebernya.

Sementara, sambung dia, gelombang laut di sejumlah perairan meliputi Samudera Hindia selatan juga diprediksi BMKG mengalami peningkatan hingga 1,25-2,5 meter.

Kondisi seperti ini tentu mempengaruhi jalur penyeberangan laut di Pelabuhan Merak dan Bakauheni. Bahkan Pelabuhan Gilimanuk juga berpotensi terkena banjir rob.

Maka dari itu, TMC perlu dilakukan guna menjaga keamanan pemudik lebaran 2024 yang angkanya diperkirakan menembus 193,6 juta orang atau setara 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat ini.

“Pada prinsipnya, penggunaan TMC ini digunakan untuk menangani kondisi cuaca ekstrem agar tidak terlalu ekstrem,” ungkapnya.

Teknologi yang digunakan

Teknologi yang digunakan dalam modifikasi cuaca bisa dengan beberapa metode, diantaranya ada drone beast generator, flare dan NaCL.

Drone beast generator ini yang digunakan oleh para pelaku tambang dan biasanya dipasang di sekitar tambang untuk mencegah hujan tidak terjadi di sekitar area pertambangan, terutama untuk pertambangan batubara.

Kemudian, flare. Ini berupa bahan semai yang terbuat dari NaCl dan CaCl2. Bahan ini akan dibakar dan menghasilkan partikel seperti asap yang mudah menyebar di awan.

Mekanismenya peluncurannya adalah ditembakkan dari sayap-sayap pesawat. Dan terakhir, NaCL yang bisa berbentuk cairan atau bubuk, dengan cara dijatuhkan dari pesawat melalui lubang yang ada di tengahnya.

“Dari semua itu tergantung kemampuan dan teknologi yang ada saat ini, jadi yang paling mudah dan memungkinkan saat ini itu NaCL,” pungkasnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News