Data Polusi di HP Tak Bisa Dipercaya, Menteri LHK Imbau Masyarakat Soal Ini

Ilustrasi polusi udara. Foto: Istimewa.
Ilustrasi polusi udara. Foto: Istimewa.

 

HALOSMI.COM – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, mengingatkan masyarakat berhati-hati dengan data kualitas udara. Data-data tersebut dikeluarkan oleh beberapa lembaga dan aplikasi.

“Itu harus hati-hati melihat alat untuk mengukur karena ada hanya alat mengukur pakai satu parameter,” kata Siti dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu 6 September 2023.

Salah satu yang ikut memberikan data kualitas udara adalah Nafas. Melalui situs resminya, startup tersebut menjelaskan soal particulate matter atau PM yang sering kita lihat dalam data kualitas udara.

Nafas menjelaskan PM adalah sejenis partikel yang terdiri dari tetesan cair atau padat di udara. Partikel yang disebut juga sebagai aerosol berasal dari sumber alami dan manusia, seperti ladang, kebakaran, jalan tanah, dan tempat konstruksi.

Banyak partikel yang terbentuk di udara dari reaksi kompleks yang disebabkan bahan kimia di atmosfer. Ini bersumber seperti dari pembangkit listrik, pabrik dan kendaraan bermotor.

Nafas juga menyebut PM 2,5 sangat penting ukur mengukur polusi udara. Jumlah yang kian sedikit dapat diartikan udara yang dihirup semakin sehat.

PM 2.5 sendiri dapat berpengaruh pada kualitas kesehatan. Bentuknya yang sangat kecil membuatnya mudah dihirup dan sulit disaring oleh hidung, bahkan saat sedang menggunakan masker.

Menurut laporan tersebut, PM 2.5 berukuran 28 kali lebih kecil dari satu helai rambut dan 36 kali lebih kecil dari satu butir pasir pantai halus.

“Ini salah satu alasan mengapa partikel ini sangat berbahaya: PM2.5 sangat mudah dihirup dan sangat sulit untuk disaring,” jelas Nafas.

“Hidung kita tidak dapat menyaring PM2.5, dan bahkan kebanyakan masker juga kesulitan melakukannya karena partikelnya terlalu kecil”.

Nafas menuliskan partikel tersebut bisa masuk ke paru-paru lalu ke dalam aliran darah. Ini sangat berbahaya karena PM 2.5 terdiri dari bahan beracun seperti nitrat, sulfat, serta logam berat.

Namun, menurut Siti Nurbaya, PM2.5 juga mendeteksi uap air. Jadi, harus berhati-hati melihat datanya.

“Saya minta untuk kita hati-hati melihat datanya. Karena kalau cuma 2,5 mikron, uap air juga ada segitu. Padahal itu bukan pencemar udara, memang harus sangat hati melihat standar dan lain-lain,” kata dia beberapa saat lalu. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News