Tekno  

Hanya Butuh 30 Menit, Cara NASA Prediksi Kiamat di Bumi

Ilustrasi pesawat antariksa. Foto: Istimewa.
Ilustrasi pesawat antariksa. Foto: Istimewa.

HALOSMI.COM – National Aeronautics and Space Administration (NASA) memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk memprediksi kiamat lokal di Bumi akibat amukan badai Matahari.

Sebuah tim di NASA menggunakan kecerdasan buatan untuk memperkirakan berbagai potensi ancaman badai surya ke Bumi.

Melansir CNBC Indonesia, Rabu 8 November 2023, hasil perhitungan NASA, manusia di Bumi punya waktu 30 menit untuk bersiap sebelum terjadi kiamat.

Menurut model NASA, 30 menit adalah perbedaan kecepatan cahaya dan waktu yang dibutuhkan oleh material yang terlontar dari Matahari sampai di permukaan Bumi.

Lalu, seberapa besar dampak badai Matahari di Bumi? Sekitar 35 tahun yang lalu, misalnya, badai Matahari membuat kota Quebec di Kanada mati listrik selama berjam-jam.

Menurut Science Alert, fenomena yang lebih dahsyat pernah terjadi di Carrington, Inggris yang terkenal sebagai tempat latihan klub sepak bola Manchester United sekitar 150 tahun yang lalu. Jika peristiwa di Carrington terjadi pada era modern, infrastruktur listrik dan komunikasi bisa hancur lebur.

Bahaya solar flare sudah lama diketahui oleh ilmuwan. Mereka menggunakan acuan dampak suar surya ke planet lain dan melakukan pengamatan menggunakan berbagai satelit seperti ACE, Wind, IMP-8, dan Geotail.

Namun, dengan AI, kita bisa memperkirakan apa yang terjadi jika suar surya langsung menghantam Bumi.

Selain memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh suar surya menghantam Bumi, peneliti NASA juga menyusun prediksi dampak yang akan ditimbulkan oleh material Matahari ke penghuni Bumi.

Nama model yang digunakan oleh peneliti NASA lumayan keren, DAGGER yang artinya belati. Teknologi saat ini membuat prediksi bisa makin cepat sehingga bisa meramal arah dan tingkat keparahan dampak badai matahari hanya dalam hitungan detik. AI juga mampu membuat prediksi baru setiap menit.

Algoritma sebelumnya, karena keterbatasan daya komputasi, membutuhkan waktu sangat panjang. Saking panjangnya, prediksi jadi sia-sia karena suar Matahari telanjur menghantam Bumi.

DAGGER juga cukup sakti karena mampu memprediksi lokasi di Bumi yang akan terimbas langsung oleh badai surya.

Kecepatan prediksi dan kemampuan pengolahan data yang jauh lebih besar membuat DAGGER menjanjikan untuk diterapkan sebagai sistem peringatan dini dari dampak badai Matahari.

Kini, perusahaan komunikasi dan infrastruktur listrik punya beberapa tahun untuk mengintegrasikan DAGGER ke sistem mereka jelang 2025.

Pada 2025, aktivitas Matahari akan diperkirakan mencapai puncaknya. Meskipun tidak sepenting sirene tornado atau tsunami, paling tidak DAGGER bisa menyelamatkan suatu kota dari kegelapan total. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *