Bisnis  

Harga Telur di Kota Sukabumi Tembus Rp32 Ribu per-Kilogram

SUKABUMI, HALOSMI.COM – Harga telur di beberapa pasar di Kota Sukabumi kini merangkak naik hingga Rp32 ribu per kilogram dari sebelumnya berada di kisaran Rp28 ribu per kilogram. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kenaikan harga sudah terjadi kurang dari sepekan lalu di Pasar Pelita maupun di Pasar Tipar Gede.

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Kota Sukabumi menyebut, kebutuhan pasokan telur di Kota Sukabumi sendiri mencapai 268,97 ton per bulan. Adapun kenaikan harga terjadi akibat pasokan dari peternak telur mulai menurun, sementara permintaan terus bertambah sehingga berpengaruh pada harga.

Kabid Perdagangan Diskumindag Kota Sukabumi, Widya Yudha Setiawan, mengatakan berdasarkan informasi dari petugas pemantau harga di lapangan, kondisi saat ini kebanyakan pemasok sedang dalam tahap regenerasi ayam petelur, sehingga pasokan menjadi tak stabil. Ditambah lagi dampak Gempa Cianjur beberapa waktu lalu, lalu diiringi gempa-gempa susulan lainnya membuat ayam petelur stress. Sementara, kawasan Cugenang, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu pemasok telur terbesar selain Kabupaten Sukabumi, Kuningan, Cirebon, Tegal dan Jakarta.

“Gempa Cianjur kemarin membuat pasokan cukup terganggu karena supplier di Cugenang itu kandang ternaknya ambruk. Tentu ini menjadi perhatian kita. Upaya kami, melaporkan hasil pemantauan ini secara berjenjang, dari mulai tingkat kota, provinsi hingga ke pusat. Mudah-mudahan ada intervensi terkait kenaikan harga telur ini,” ujar Widya kepada wartawan, Kamis 15 Desember 2022.

Terpisah, salah seorang distributor atau supplier telur asal Kota Sukabumi, Budi Suherlan (40), mengeluhkan kenaikan harga telur yang seringkali terjadi secara mendadak. Ia menyebut, distributor atau supplier sepertinya yang kerap jadi sasaran kekesalan warung pengecer dan konsumen tatkala harga telur kembali naik. Kondisi terakhir harga pun tak stabil dan berbeda-beda, mulai dari Rp28 ribu hingga Rp32 ribu per kilogram. Menurutnya, penyebab naiknya harga telur ini adalah mulai banyaknya pembagian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) serta bantuan-bantuan sosial lainnya.

“Jadi kan mereka itu biasanya ambil langsung dari kandang (peternak). Ketika tahu BPNT mau cair, kadang-kadang harga itu naik mendadak. Ketika BPNT ini beres biasanya harga telurnya juga turun lagi. Jadi bukan karena pakan, pasokan dan sebagainya. Saya sebagai distributor atau supplier suka dibikin pusing ketika harga naik mendadak. Apalagi kan antar distributor kita bagi-bagi wilayah garapan. Sepanjang tahun ini kelihatan jelas, setiap ada bantuan dari pemerintah yang di dalamnya berisi sembako atau telur, pasti harga naik, dan naiknya juga luar biasa,” ungkap Budi.

Sejak bergerak di bidang distributor telur selama belasan tahun, Budi mengaku, pada saar pemerintah banyak memberikan bantuan berupa sembako atau telur kepada masyarakat, kerap terjadi harga telur merangkak naik. Ia pun menyoroti pihak pemerintah yang kurang aktif dalam melakukan pengawasan di lapangan. Contohnya, Diskumindag Kota Sukabumi hanya melakukan pengecekan di Pasar Pelita saja sebagai sampel, itu pun ke beberapa pedagang skala besar. Menurutnya, kalau pemerintah mau menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), sebaiknya cari warung atau pengecer yang ada di permukiman warga.

“Kalau memang mau ambil sampel di Pasar Pelita, carilah pedagang dengan skala terkecil. Jangan cari yang kelasnya menengah ke atas. Kemudian kalau bisa, coba lakukan pengawasan langsung ke kandang (pemasok) atau peternak. Kalau mau menerapkan harga mahal untuk BPNT, ya sudah untuk BPNT dan PKH saja, jangan dicampur sama pasokan untuk umum. Komoditas telur ini kan sama seperti ayam, ditentukan per hari. Beda dengan komoditas lain. Harganya memang bisa berubah-ubah. Karena bagaimanapun kan kuota untuk masing-masing, baik untuk BPNT maupun umum sudah ditentukan. Jangan sampai satu pihak diuntungkan, sementara pihak lain ada yang dirugikan,” tegasnya.

Sementara itu, salah satu pedagang warung di wilayah Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Lina Indriani (34), mengaku saat ini ia menjual telur dengan harga Rp32 ribu perkilogram. Ia membeli telur kepada salah satu agen yang berada di wilayah Kecamatan Cisaat dengan harga Rp30 ribu per kilogram.

“Iya, harga telur sudah naik. Saya beli telur dari agen dengan harga Rp30 ribu, jadi saya jual Rp32 ribu perkilonya. Tapi seminggu sebelumnya saya juga pernah jual dengan harga Rp34 ribu, karena dari agennya Rp32 ribu,” singkatnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News