IDI Sebut Penanganan HIV/AIDS Berantakan Usai Datangnya Covid-19

Ilustrasi HIV/AIDS. Foto : Dok. RS Satya Negara.
Ilustrasi HIV/AIDS. Foto : Dok. RS Satya Negara.

HALOSMI.COM – Pemerintah telah menyusun rencana untuk mengakhiri HIV/AIDS pada 2030 mendatang. Namun faktanya, penanganan HIV/AIDS jadi berantakan setelah datangnya pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.

“Covid ini memang membuat rencana mengakhiri HIV/AIDS berantakan, terjadi kemunduran,” ujar Anggota Dewan Pertimbangan PB IDI, Zubairi Djoerban, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat 1 Desember 2023.

Menurutnya, tak hanya Indonesia yang mengalami kendala penanganan HIV/AIDS di masa pandemi. Ia menyebut negara-negara lain seperti Amerika hingga Eropa juga menghadapi carut-marut serupa.

“Misalnya sebagai contoh di Amerika itu di beberapa kota besar prevalensi HIV pada transgender bisa bervariasi, dari 17 persen sampai bahkan ada yang 62 persen untuk yang kulit hitam,” ungkapnya.

Saat pandemi, kata dia, para dokter yang menangani HIV berpindah tugas untuk mengobati pasien Covid-19. Selain itu, pasien HIV yang seharusnya berobat teratur merasa takut ke rumah sakit karena takut tertular.

“Apalagi transportasi ke rumah sakit menjadi tidak mudah, sehingga banyak terjadi putus obat,” ucapnya.

Ia menyebutkan kasur di Eropa yang 70 persen klinik HIV-nya tidak berjalan dengan baik selama masa pandemi. Sementara di Eropa Timur 60 persen dokter mengobati HIV dan Covid sekaligus. Pun terjadi dengan tes untuk penyakit seks menular lainnya sehingga sangat berkurang.

“Untuk rontgen-nya pun jadi sulit karena alat radiologi pada waktu itu didesain untuk melakukan rontgen paru. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Juga sama. Banyak terjadi putus obat. Tak hanya di Indonesia, tapi di Amerika juga,” pungkasnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News