Kapan El Nino akan Selesai, Simak Penjelasan Kepala BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. (Foto: BMKG)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. (Foto: BMKG)

HALOSMI.COM – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan ada dua fenomena iklim yang menyebabkan penurunan curah hujan, termasuk di Indonesia. Antara lain, Indian Ocean Dipole (IOD) positif dan El Nino.

Dwikorita mengatakan, puncak El Nino di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus-September 2023 nanti.

Lalu, sampai kapan El Nino berlangsung?

“Sebenarnya, Agustus-September itu secara umum di Indonesia. Tapi kalau skala lebih detail, beberapa wilayah di Indonesia, termasuk DKI (Jakarta), di September curah hujannya masih rendah,” kata Dwikorita, dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu 5 Agustus 2023.

“Jadi puncaknya memang Agustus-September, tapi ada daerah yang diprediksi hujannya baru datang nanti di bulan November. Jadi, puncaknya berlalu, tapi kekeringan masih ada. Cuma memang tidak se-intens di bulan Agustus-September,” ujar Dwikorita.

Sebagai informasi, IOD Positif merupakan fenomena penyimpangan suhu muka laut di Samudra Hindia yang menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara. Di mana, saat IOD positif, suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat menghangat, sedangkan di bagian timur mendingin.

Sementara El Nino merupakan fenomena anomali kenaikan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Yang mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur.

Kedua fenomena ini membuat musim kemarau di Indonesia lebih kering dibandingkan musim kemarau tahun 2020, 2021, dan 2022. Di mana, BMKG merilis, hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023 menunjukkan, 63 persen dari zona musim telah memasuki musim kemarau.

Menurut BMKG, pemantauan 10 hari terakhir Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai sebesar positif 1,14 yang mengindikasikan intensitas El Nino terus menguat, sejak awal Juli.

“Jabodetabek termasuk wilayah yang intensitas curah hujannya rendah, bahkan sangat rendah. Warnanya (pemetaan) itu sampai cokelat kehitaman. Intensitas curah hujan diprediksi akan sangat rendah,” kata Dwikorita.

“Intensitas curah hujan bulanan diprediksi akan sangat rendah. Tentunya akan berdampak pada kekeringan yang cukup serius kalau tidak ada mitigasi atau antisipasi tepat. Demikian juga Jawa secara umum,” pungkasnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News