HALOSMI.COM – Ada yang berbeda saat Polres Sukabumi Kota menggelar konferensi pers mengungkap kasus yang digelar di Aula Graha Rekonfu Polres Sukabumi Kota, Selasa 21 Mei 2024.
Konferensi pers mengungkap kasus narkoba dan curanmor itu, ada seorang penerjemah mengalihbahasakan semua pernyataan yang diberikan oleh Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Ari Setyawan Wibowo dalam bahasa isyarat.
Konferensi pers kali ini, Polres Sukabumi Kota melibatkan seorang guru dari Sekolah Luar Biasa (SLB), Agisna Seprilia (41 Tahun). Wanita asal Bandung itu menjalankan tugasnya menerjemahkan pernyataan Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Ari Setyawan Wibowo dalam bahasa isyarat agar bisa dipahami oleh masyarakat disabilitas.
“Baru kali ini ikut kegiatan bersama polisi, kemarin sempat diajak kerjasama sama Bu Astuti (Kasi Humas Polres Sukabumi Kota) untuk bantu disini kalau setiap rilis berita,” kata Agisna saat ditemui HALOSMICOM usai kegiatan rilis, Selasa 21 Mei 2024.
Baca juga: Fantastis! Polisi di Sukabumi Sita Sabu Senilai Rp 2,9 Miliar dari 7 Pelaku
Lantas, bagaimana sosok Agisna Seprilia yang ikut terlibat dalam konferensi pers tersebut. Siapakah dirinya? Simak yuk!
Agisna Seprilia merupakan salah satu tenaga pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) B Budi Nurani Kota Sukabumi. Wanita kelahiran 1983 tersebut merupakan lulusan dari ARS University Bandung, dengan jurusan Sarjana Ilmu Sosial ini telah sebelas tahun lamanya berprofesi sebagai juru bahasa isyarat (JBI).
“Kalau secara profesi saat ini mengajar di SLB B yang notabene secara harian itu mengunakan bahasa isyarat. Jadi kalau untuk menggeluti ya saya mengelutinya, sudah hampir 11 tahun karena saya terlibat langsung sama anak-anak Tunarungu,” ungkap Agisna.
Karier Agisna sebagai penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) bermula kebutuhan karena profesinya sebagai guru di SLB bergelut langsung dengan siswa-siswa yang mengunakan bahasa isyarat.
“Sebetulnya sih karena awalnya karena bergelut langsung dengan siswa-siswa yang mengunakan bahasa isyarat dan kalau sekarang saya jadi JBI ternyata memang instansi yang lain membutuhkan keahlian saya,” tutur Agisna.
Bekal ilmu itu lah yang terus dia gunakan selama kariernya sebagai JBI, sebelas tahun terakhir. Kariernya itu berjalan cukup lancar. Beragam kegiatan sudah menggunakan jasanya.
“Selai di Polres Sukabumi Kota saya juga sudah kerjasama dengan Imigrasian, Pengadilan Negeri, kebanyakan instansi pemerintah yang sudah aware,” ucap Agisna.
Ketika disinggung pengalaman dan tantangan yang dihadapi sebagai juru bahasa isyarat. Agisna menuturkan, sebetulnya sih kalau misalkan yang beda ranahnya itu, mungkin kalau di sekolah kan tentang pelajaran, kalau sekarang di Polres mungkin lebih ke hukum sekarang saya coba pelajari lagi dan belajar lagi.
“Sebetulnya sih kalau susah tegantung orangnya karena itu melibatkan kemauan dan tekad. Karena memang ada susah juga menyeimbangkan antara apa yang kita terima sama yang kita gerakan itukan harus selaras,” beber Agisna.
Wanita berjilbab ini mengaku cukup menguasai bahasa isyarat karena ia sendiri merupakan tenaga pengajar khusus tunarungu di SLB Budi Nurani. Keseharian sebagai tenaga pengajar sehingga terbiasa menterjemahkan bahasa verbal ke bahasa isyarat. Meski ia pun terap harus kembali mempelajari bahasa tertentu agar istilah-istilah vulgar atau diksi-diksi seputar kriminalitas bisa ia terjemahkan ke bahasa isyarat yang lebih halus dan ramah dipahami kaum disabilitas.
“Karena memang kalau dalam bahasa isyarat itu tidak hanya isyarat yang berlaku atau komunikasinya aja itu harus berlaku dua-duanya yang disebut dengan kompak,” pungkas Agisna. (***)
