Ternyata Ini Penyebab Matahari Tepat Diatas Kepala Warga Indonesia

Ilustrasi Matahari. Foto: Istimewa.
Ilustrasi Matahari. Foto: Istimewa.

HALOSMI.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap Matahari memang tengah berada di atas kepala warga Indonesia, hal itu karena fenomena ekuinoks.

Dalam penjelasan BMKG di akun Instagramnya, Matahari tepat berada di atas kepala di tengah hari disebut Kulminasi Utama.

Pada saat ini terjadi fenomena Hari Tanpa Bayangan karena Matahari berada tepat di atas kepala pengamat, sehingga menyebabkan bayangan bertumpuk pada benda di tengah hari.

Karena posisi Indonesia berada di khatulistiwa, maka fenomena Hari Tanpa Bayangan akan berdekatan dengan waktu ekuinoks.

Ekuinoks sendiri adalah fenomena astronomi dimana Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodi berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Ketika fenomena ini terjadi, BMKG menyebut ada beberapa dampak yang dihasilkan, salah satunya Matahari terbit dan terbenam lebih cepat.

Untuk Bumi bagian utara, ekuinoks Maret akan menyebabkan Matahari terbit lebih awal dan terbenam lebih lambat. Adapun untuk wilayah di selatan garis khatulistiwa, Matahari terbit lebih lambat dan terbenam lebih awal.

Selain itu, durasi siang dan malam hampir sama panjangnya di belahan Bumi Selatan dan Utara. Di Indonesia, waktu siang sedikit lebih panjang, yakni sekitar 8 menit.

Kemudian, fenomena ini juga dapat mengganggu transmisi sinyal satelit yang dapat memengaruhi kualitas koneksi internet.

Selain sejumlah dampak tersebut, ada beberapa dampak lain yang akan terasa di Indonesia. Dikutip dari Instagram BMKG, berikut dampak ekuinoks di Indonesia:

Untuk wilayah di garis lintang 0 derajat, intensitas sinar Matahari akan terasa paling maksimal.

Ekuinoks tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia selama ini berada pada rentang 32-36 derajat Celcius, termasuk pada saat ekuinoks.

Ekuinoks tidak selalu mengakibatkan fenomena cuaca khusus. Kejadian cuaca lebih dominan dipengaruhi oleh faktor-faktor fisis atmosfer dan dinamika sirkulasi masa udara regional dan lokal.

BMKG pun menyebut ekuinoks tak memicu fenomena seperti gelombang panas.

“Ekuinoks bukan fenomena seperti heatwave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama,” ujar keterangan itu.

Terlebih, secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembap atau basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa pancaroba.

“Jadi, Sobat tidak perlu khawatir dampak dari fenomena ekuinoks yang menyebutkan bahwa fenomena ini akan menyebabkan suhu di Indonesia lebih panas, ya!” kata keterangan BMKG.

Wilayah terdampak

Ekuinoks sendiri terjadi di lintang 0 derajat atau wilayah yang dilalui garis khatulistiwa. Pontianak, contohnya, mengalami fenomena kulminasi agung, yang juga berarti ekuinoks pada 20 Maret.

Sementara, daerah-daerah lainnya sudah lebih dulu atau menyusul belakangan tergantung pergerakan semu Matahari dari selatan ke utara.

Berikut beberapa contoh kota yang mengalami kulminasi untuk hari ini dan besok.

22 Maret

  • Tanjung Pinang, Kepulauan Riau
  • Siak Indra Pura, Riau
  • Bengkayang, Kalbar
  • Limboto, Gorontalo

23 Maret

  • Padang Sidempuan, Sumut
  • Batam, Kepri
  • Sambas, Kalbar
  • Toli Toli, Sulteng

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *