Safarian, Putra Daerah Siap Tarung di Pilkada Kota Sukabumi

Bakal Calon Wali Kota Sukabumi, Safarian Shah Zulkarnaen, saat diwawancarai awak media belum lama ini. Foto: Nuria Ariawan/HALOSMI.
Bakal Calon Wali Kota Sukabumi, Safarian Shah Zulkarnaen, saat diwawancarai awak media belum lama ini. Foto: Nuria Ariawan/HALOSMI.

HALOSMI.COM – Persiapan tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 mulai menggeliat usai hasil Pilpres dan Pileg telah ditetapkan oleh KPU secara berjenjang dari tingkat daerah hingga Nasional.

Seperti yang diketahui seksama, tahapan Calon Kepala Daerah baik Gubernur maupun Bupati atau Wali Kota akan dimulai pendaftaran dari tanggal 27 Agustus sampai dengan 21 September 2024.

Khusus di Kota Sukabumi, nama-nama para bakal calon yang akan maju dalam Pilkada telah bermunculan. Salah satu yang menjadi sorotan belakangan ini adalah Safarian Shah Zulkarnaen. Pria yang berusia 29 tahun itu mengaku siap tandang di Pilkada Kota Sukabumi.

Baca juga: Mengenal Sang Jurnalis Bakal Calon Wali Kota Sukabumi

“Sampai sejauh ini saya ingin maju menjadi wali kota. Kalaupun wakil ya up. Kan dalam segi pengalaman, pengetahuan ya kita punya rekam jejak masing-masing, cuman bagaimana kita punya pendekatan ke masyarakat itu yang kita adukan,” ujarnya, belum lama ini.

“Anak muda itu kan penuh keberanian, penuh nyali, tapi keberanian yang terukur, jadi jangan terlalu berani tanpa ada pertimbangan. Ya saya datang ke Kota Sukabumi kembali ke Kota Sukabumi untuk menjadi Wali Kota Sukabumi,” sambungnya.

Ia mengaku persiapan yang dilalui olehnya untuk siap tandang di Pilkada Kota Sukabumi itu sudah melalui proses perenungan yang panjang. Bahkan ia juga sudah melakukan proses konsultasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan mentor-mentor di organisasi maupun keluarga.

“Jadi pada dasarnya itu, kita sebetulnya ingin memaksimalkan bagaimana kita harus lebih berbuat banyak untuk Kota Sukabumi, jadi kalau ditanya serius ya serius,” ungkapnya.

Ia mengaku sangat senang sekali ketika banyak underestimate dari anak-anak muda, kendati demikian hal itu menjadi sebuah momen saatnya anak muda untuk membuktikan. Terlebih sampai sejauh ini orang-orang yang berkandidasi di Pilkada, baik itu di Kota Sukabumi dan dimana pun diisi oleh generasi tua yang nantinya akan menjadi generasi yang pengacau.

“Nah jadi generasi-generasi tua pengacau ini lah yang pada dasarnya kita yang menjadi kompetitor yang jelas posisinya, anak-anak muda kalau misalkan di underestimate ya silahkan, tidak apa-apa, itu menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam diskusi politik. Pada dasarnya kita anak muda hadir bukan hanya sekedar muda, tapi kita ingin punya kompetensi, punya pengalaman dalam jejak yang mungkin mumpuni juga untuk bagaimana memimpin sebuah kota,” paparnya.

Apabila generasi muda dengan generasi tua dibandingkan, kata dia, awal untuk berkontestasi di dunia politik juga sama-sama minim rekam jejak. Seperti halnya rekam jejak birokrat itu bukan satu kualifikasi yang mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin. Pasalnya, Key Performance Indicator (KPI) untuk menjadi birokrat dan KPI untuk menjadi seorang pemimpin itu suatu hal yang berbeda.

“Ya KPI untuk menjadi seorang pemimpin itu menjadi suatu hal yang berbeda, maka dari itu saya sih mengajaknya semua itu memiliki kesempatan yang sama untuk bisa memimpin kota, artinya pertaruhannya itu nanti saat hari pencoblosan, ketika memang rasionalisasi kita itu sampai ke tengah-tengah masyarakat, kalau misalkan kita mau muda mau tua mau apapun kalau memang delivery visi misi kita punya frekuensi yang sama, saya pikir perubahan ataupun pembenahan Kota Sukabumi itu menjadi sebuah keniscayaan,” imbuhnya.

Disinggung terkait modal apa untuk maju di Pilkada Kota Sukabumi, ia menyebut bahwa dirinya itu merupakan anak seorang pensiunan TNI dan guru agama. Kendati demikian hal ini menjadi sebuah kesempatan untuk menjadi apa-apa, dan apapun yang menjadi pengalaman serta pengetahuan itulah yang menjadi kompilasi nantinya kepemimpinan ke depan. Maka dari itu, kekakuan-kekakuan generasi tua itu lah yang menjadi masalah tersendatnya pembangunan di Kota Sukabumi.

“Jadi memang saya hanya anak seorang pensiunan TNI dan guru agama, cuman ya balik lagi soal bagaimana kita mungkin datang dengan orang mengatakan kita bukan siapa-siapa, tapi kita punya kesempatan yang sama untuk menjadi apa-apa,” jelasnya.

Selain itu, ia mengaku telah melakukan penjajakan komunikasi dengan partai politik untuk menyelaraskan frekuensi yang sama. Bahkan ia juga telah membangun komunikasi ke semua partai politik untuk mengusung dirinya.

“Jadi dorongan untuk masuk ke partai, menjadi kader partai ataupun diusung sama partai itu ada, dan dorongan untuk menjadi independen pun ada,” pungkasnya. (*)

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *