Ragam  

Simak! Begini Cara Astronot Beradaptasi denga Kondisi Siang dan Malam di Luar Angkasa

HALOSMI.COM – Beberapa dari Anda mungkin masih ada yang bertanya-tanya, bagaimana astronot yang berada di luar angkasa bisa menikmati siang dan malam. Simak artikel ini untuk mengetahui jawabannya.

Dikutip dari Science ABC, astronot yang bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) ternyata masih bisa menikmati siang dan malam hari.

Namun, mereka harus bisa beradaptasi dengan kondisi siang dan malam saat berada di luar angkasa. Ada perbedaan yang sangat jauh antara kondisi siang dan malam di luar angkasa dengan di Bumi.

Science ABC menulis bahwa ISS mengorbit Bumi dengan kecepatan luar biasa yakni 27.600 km/jam dan menyelesaikan satu revolusi dalam waktu sekitar 90 menit.

BACA JUGA: 4 Tips Mencegah Pencurian Data Pribadi Secara Online

Dengan demikian, ISS mengalami waktu siang hari sekitar 45 menit dan kegelapan 45 menit dalam setiap revolusi. Dalam rentang satu hari Bumi, para astronot di ISS dapat menyaksikan 16 matahari terbit dan 16 matahari terbenam.

Sayangnya, pergantian siang dan malam yang terlalu sering ini dapat berpengaruh buruk bagi jam biologis para astronot.

Lalu bagaimana para adaptasi astronot dalam menghadapi situasi tersebut selama bertugas di ISS? Untuk bisa menyesuaikan diri dengan luar angkasa, selama bertugas di ISS, mereka pun perlu menciptakan lingkungan siang malam yang ‘normal’ di ISS.

Pengaturan Cahaya Permudah Adaptasi

Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menerapkan zona waktu standar yaitu Universal Coordinated Time (UTC). UTC ditentukan dengan dua faktor yaitu Waktu Atom Internasional yang dihitung menggunakan jam atom yang sangat presisi, serta Waktu Universal yang dihitung berdasarkan rotasi Bumi.

Semua zona waktu di dunia disinkronkan berdasarkan Standar UTC, ini adalah cara pertama membuat astronot dapat beradaptasi dengan waktu antara di Bumi dan saat berada di luar angkasa.

BACA JUGA: Daftar Twibbon Isra Miraj 2023 Gratis dan Cara Pemakaiannya

Kemudian yang kedua adalah mengontrol pencahayaan di ISS. Pada tahun-tahun awal misi, meski telah mengalokasikan 8,5 jam waktu tidur untuk astronot, mereka tidak dapat beristirahat dengan sehat.

Oleh karena itu ilmuwan memutuskan untuk melakukan modifikasi pada pencahayaan di ISS. Awalnya, mereka menggunakan General Luminaire Assemblies dengan lampu neon untuk menerangi Stasiun Luar Angkasa Internasional. Pada tahun 2016, modul tersebut digantikan oleh Modul LED Solid State yang tahan lama, lebih murah, dan lebih ringan dibandingkan sebelumnya.

Kemampuan lampu LED ini untuk memancarkan panjang gelombang yang berbeda pada intensitas yang bervariasi menjadikannya alternatif terbaik untuk mensimulasikan lingkungan siang-malam di ISS. Hari kerja astronot ISS dimulai pukul 6 pagi UTC dan berakhir pukul 9.30 malam UTC.

BACA JUGA: Kabar Baik Nih! Warga Kota Bekasi Bakal Punya MRT

Selama jam-jam awal kerja, lampu diatur pada kecerahan tinggi untuk mensimulasikan siang hari. Saat astronot terlibat dalam tugas yang lebih menantang, lampu memancarkan panjang gelombang yang lebih biru untuk meningkatkan kewaspadaan.

Menjelang penghujung hari, pencahayaan beralih ke nada yang lebih hangat untuk mendorong tidur dan istirahat. Dari pukul 21.30 hingga 06.00, lampu diredupkan dan diatur pada kecerahan yang sangat rendah untuk mereplikasi malam.

Dengan demikian, setelah para astronot selesai untuk hari itu, anggota kru dapat dengan nyaman masuk ke dalam kantong tidur mereka untuk mendapatkan istirahat malam yang nyenyak.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari halosmi.com di Google News