HALOSMI.COM – Empat tahun bertahan di atas lokasi bencana pergerakan tanah tak membuat 3 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Gunung Batu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi berharap janji pemerintah pembangunan Hunian Tetap (Huntap).
3 KK yang terdiri dari 9 jiwa ini memilih tetap menetap di rumahnya yang sudah miring dan tak tinggal di Hunian Sementara (Huntara) karena meyakini bahwa rumah yang ditempatinya masih kuat bertahan walaupun sudah dalam kondisi yang miring.
Seperti Omah Romlah (36), ibu rumah tangga ini masih tinggal di rumahnya yang sudah miring bersama dua anaknya dan suaminya. Beberapa temboknya sudah mengalami keretakan cukup parah bahkan kondisi lantai rumah pun sudah tak beraturan. Hampir semua interior seperti sofa, televisi, kamar dan kulkas di dapur masih terpasang di lantai yang sudah miring.
“Ya terpaksa, walaupun disini sudah dalam kondisi seperti ini, kalau dibilang takut ya takut, tapi mau gimana lagi, saya sudah empat tahun disini dan hari ke hari kerusakan semakin parah, tapi coba ditambal sama suami,” Isak Omah saat ditemui di rumahnya, Jumat 17 Maret 2023.
Dirinya bersama suami dan anaknya pun mengontrak sebuah rumah sederhana dengan biaya sendiri dan terpaksa mengeluarkan Rp300 ribu untuk menyewa rumah yang peruntukannya untuk tidur saja.
“Ya saat hujan, kami mengungsi dulu ke kontrakan terus kesini lagi, pernah dulu hujan tak berhenti selama seminggu lamanya, pas balik kesini lagi rumah udah miring parah,” tutur Omah.
Omah hanya berharap janji pemerintah dan menunggu pembangunan Huntap yang dijanjikan kepada 161 KK yang terdampak bencana pergerakan tanah pada 2019 silam. Hal yang sama pun diungkapkan oleh Uyeh Hariadi (65) yang masih tinggal bersama istri dan satu orang cucunya di rumahnya yang berdekatan dengan Omah dan sudah nyaris rubuh.
Pria yang sering dipanggil Abah Duyeh ini pun berharap janji pemerintah pembangunan Huntap yang diimpikan. Dirinya ingin segera memiliki rumah yang nyaman dan layak kembali seperti dulu.
“Rumah Abah kan gak bisa dikunci karena kondisinya udah miring, belum lagi Abah punya sawah di bawah yang kini udah rusak dan gak bisa di panen, ya hanya bisa bertahan disini,” kata Uyeh.
Dirinya menambahkan pemerintah pernah menjanjikan Huntap yang akan dibangun di lokasi Cimenteng tak jauh dari rumahnya yang kini kondisinya sudah miring.
“Ya Abah mah cuma berharap janji pemerintah supaya cepet dibangunkan Huntap,” singkatnya.
Bencana pergerakan tanah di Kampung Gunung Batu terjadi pada 2019 silam dimana terdapat 129 rumah, 166 KK, 482 jiwa kehilangan tempat tinggalnya. Kini kampung gunung batu menjadi kampung mati dimana yang tersisa hanya puing puing bangunan saja yang meninggalkan kisah di kampung ini. (*)